Post by. Yunira Noor Rachmah Dan Lusy Andari
Date: July 18, 2022
Rekan-rekan, yang namanya tugas atau pekerjaan itu tidak pernah ada habisnya. Terkadang, saking banyaknya, kita sampai merasa kewalahan dalam menyelesaikannya. Apakah rekan-rekan pernah merasa stres ketika memiliki jadwal yang terlalu padat bahkan merasa kewalahan akan kerjaan atau tugas?
Jika merasa kewalahan hingga menimbulkan stres, itu karena rekan-rekan terlalu mengambil pusing dan berpikir bahwa rekan-rekan menjadikan itu sebagai beban. Dalam buku “Keajaiban yang Mengubah Hidup dari Bersikap Tidak Ambil Pusing” (2020) karya Sarah Knight, Beliau membahas mengenai istilah tidak ambil pusing dengan dua langkah, yaitu: 1) memutuskan hal yang tidak perlu dipusingkan dan 2) tidak mengambil pusing tentang hal tersebut. Menurut Sarah Knight, kedua hal tersebut dapat diatasi dengan metode Not Sorry. Metode Not Sorry bertujuan untuk meminimalkan waktu, energi, dan uang yang rekan-rekan curahkan pada hal yang sia-sia. Akan tetapi, ada dua langkah dasar yang harus rekan-rekan lakukan sebelum menerapkan metode ini, yaitu:
Inti dari metode Not Sorry adalah “tidak menjadi orang yang menyebalkan.” Rekan-rekan dapat melakukannya tanpa menyinggung atau membuat orang marah, namun tetap mendahulukan hal yang menjadi prioritas. Misalnya, dalam dunia kerja ada situasi di mana rekan-rekan harus memilih antara ikut acara keluarga atau acara di kantor. Jika rekan-rekan memilih untuk ikut acara keluarga dengan alasan karena sudah lama tidak berjumpa, maka segeralah sampaikan keputusan tersebut dengan sopan kepada atasan atau rekan kerja di kantor. Saat rekan-rekan menyampaikan alasan tersebut, pasti rekan-rekan merasa malu dan bersalah. Hal ini terjadi karena muncul rasa khawatir akan apa yang orang lain pikirkan tentang keputusan yang telah diambil. Dalam hal ini bagaimana “sikap tidak ambil pusing” berpengaruh kepada orang lain; yang mampu rekan-rekan kendalikan adalah perilaku rekan-rekan terkait perasaan mereka, bukan pandangan mereka.
Rekan-rekan tidak perlu ambil pusing tentang apa yang orang lain pikirkan, ketika itu berkaitan dengan pandangan mereka. Jika sikap tidak ambil pusing secara aktif memengaruhi orang lain, cobalah untuk tetap bersikap jujur dan sopan. Namun, jika sikap tersebut hanya berpengaruh kepada diri sendiri, maka tetaplah membuat diri rekan-rekan merasa nyaman dengan mengambil hal apa yang penting.
Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang tidak menghargai keputusan rekan-rekan? Biasanya orang seperti ini tidak akan berhenti berdebat dengan rekan-rekan. Mereka akan membujuk dan berusaha mengubah pikiran serta keputusan yang telah dibuat. Mereka tetap berdiri di atas pendapatnya dan tidak tergoyahkan oleh kejujuran atau kesopanan. Kuncinya, akan lebih menguntungkan jika rekan-rekan terlihat tidak peduli jika itu dapat mengakhiri pembicaraan dengan mereka. Rekan-rekan harus menjadi seseorang yang “mampu dan mau menegur” mereka supaya berhenti membujuk agar mengubah keputusan.
“Di satu sisi, saya tidak ingin orang lain berpikiran jelek kepada saya. Namun, di satu sisi lain, inilah saya, semakin sedikit memusingkan segala sesuatu dan menjalani hidup terbaik. Saya tidak menyesal karenanya.”
Mengutip pernyataan Sarah Knight barusan, rekan-rekan perlu menyadari bahwa ketika Anda menginterpretasi dan berasumsi terhadap pikiran orang lain, semua itu hanyalah asumsimu tentang pikiran orang tersebut. Ingat, asumsi Anda tidak mewakili atas apa yang sebenarnya orang lain pikirkan. Tidak perlu memusingkan cara pandang, asumsi, dan pemikiran orang lain. Tetaplah bersikap jujur dan sopan. Komunikasi dapat berjalan dengan baik. Simpanlah energi dan pikiran kita untuk hal-hal menyenangkan untuk kehidupan kita.
Salam #People Development!
Sumber gambar: Freepik