Post by. Raihana Nanditha Z
Date: March 13, 2023
Kurang lebih sudah tiga tahun Indonesia, dan dunia, dilanda pandemi Covid-19. Selama tiga tahun itu pula, pola interaksi dan aktivitas masyarkat di Indonesia telah berubah dan menimbulkan berbagai macam permasalahan yang berdampak kepada kesehatan mental. Dikutip dari laman Change.org, hasil survei yang dilakukan kepada 5.211 responden menyatakan bahwa 98% masyarakat Indonesia mengalami kesepian dan dua dari lima responden merasa lebih baik mati dan ingin melukai diri sendiri dalam rentang dua pekan terakhir. Dengan maraknya perbincangan dan kasus kesehatan mental yang terus meningkat, muncul pula fenomena self-diagnose yang dilakukan oleh masyarakat luas di Indonesia.
Self-diagnose adalah asumsi yang dilakukan oleh suatu individu masyarakat yang menyatakan ia terkena suatu penyakit berdasarkan informasi yang didapatkan secara mandiri, misalnya dari internet. Dikutip dari kompas.com, budaya mengenai gangguan mental merupakan hal yang menarik dan estetik di media sosial sehingga intensitas masyarkat melakukan self-diagnose menigkat.
Self-diagnose, atau melakukan diagnosis mandiri terhadap masalah kesehatan mental atau emosional, dapat menjadi masalah yang serius di kalangan karyawan perusahaan. Banyak karyawan mungkin merasa sulit untuk mengenali gejala-gejala yang muncul dan menghubungkannya dengan kondisi kesehatan mental yang mendasar. Namun, melakukan self-diagnose tanpa bantuan profesional dapat berdampak negatif pada kesehatan dan kinerja karyawan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan karyawan untuk melakukan self-diagnose yang akurat. Beberapa di antaranya meliputi kurangnya pemahaman tentang kesehatan mental, stigma yang terkait dengan masalah kesehatan mental, dan tekanan kerja yang tinggi. Karyawan juga dapat merasa tidak nyaman untuk meminta bantuan profesional, terutama jika perusahaan tidak menawarkan dukungan kesehatan mental yang memadai. Namun, penting bagi karyawan untuk memahami pentingnya memperhatikan kesehatan mental mereka dan mengenali gejala-gejala yang mungkin muncul. Beberapa gejala kesehatan mental yang umum termasuk perasaan cemas yang berlebihan, depresi, kelelahan berlebihan, perubahan pola makan atau tidur, dan kesulitan berkonsentrasi.
Jika karyawan mengalami gejala-gejala ini, sangat disarankan untuk mencari bantuan profesional. Perusahaan dapat membantu dengan menyediakan akses ke layanan dukungan kesehatan mental yang terlatih dan berpengalaman, termasuk konseling dan terapi. Selain itu, penting bagi karyawan untuk melakukan tindakan pencegahan dan menjaga kesehatan mental mereka. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan termasuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, berolahraga secara teratur, menjaga pola makan yang sehat, dan mencari dukungan dari teman dan keluarga.
Kesehatan mental itu penting. Jangan asal asumsi agar tidak merugikan diri sendiri. Cari bantuan profesional jika memang dibutuhkan dan tak bisa ditunda lagi.
Salam #PeopleDevelopment!