Si Beracun yang Suka Melimpahkan Pekerjaannya

Kalau bisa memilih teman kerja di kantor, idealnya rekan-rekan pasti memilih mau punya teman kerja yang ulet, rajin, mandiri, cerdas, suka membantu tanpa pamrih, orangnya entengan kalau dimintai tolong, bisa diajak kerja sama, saling mendorong ke arah yang lebih baik, sepenanggungan, tidak egois, asyik diajak main dan kerja, dan sebagainya. Tapi nyatanya, tidak ada sosok teman kerja yang sempurna bagai malaikat tanpa cela. Pasti ada saja teman kerja, di mana pun rekan-rekan bekerja, yang beracun atau toxic.

 

Banyak jenis toxic workmate yang ‘tersedia’ di dunia kerja: si tukang gosip, si tukang menunda pekerjaan, si sok tahu, si paling penting, dan si tukang transfer kerjaan. Kalau dibahas semua tidak akan pernah selesai, jadi mari bahas yang terakhir: si tukang transfer kerjaan.

 

Transfer biasanya berkonotasi dengan uang, dan itu menyenangkan. Tapi tak pernah ada orang yang senang jika ditransfer pekerjaan atau kewajiban di tempat kerja. Biasanya, si tukang transfer ini punya Modus Operandi yang kurang lebih serupa: Yang pertama, merasa tidak bisa dengan tugas yang diberikan lalu bertanya pada orang lain, tapi ujung-ujungnya malah minta untuk mengerjakan tugas itu; atau yang kedua, melimpahkan tanggung jawab ke orang lain lalu ketika ditanya pertanggungjawabannya malah menyalahkan orang lain.

 

Seorang teman pernah berkata: pedulikanlah hal-hal yang bisa kita kontrol dan abaikanlah hal-hal yang tak bisa dikontrol, maka hidup kita akan lebih baik dan tenang.

 

Nah, kalau menghadapi si tukang transfer pekerjaan atau tanggung jawab ini, lebih baik kalau kita mengatur diri kita sendiri karena kita tidak bisa mengatur kebiasaannya mengalihkan pekerjaan ke orang lain. Kecuali kalau ikhlas memberi bantuan, ya sudah tidak masalah. Tapi kalau kita tidak ikhlas, yang ada malah mengeluh; sudah pekerjaan utama kita tak selesai, kita masih harus membuang waktu untuk “membantu”, kita juga jadi kesal sama teman kerja itu. Maka dari itu, kita hanya bisa mengontrol diri sendiri.

 

Untuk menghadapi teman kerja yang modelnya seperti ini, kalau kita tidak berniat membantu, lebih baik kalau kita tolak saja dengan cara bilang kalau kita tidak tahu atau sedang banyak pekerjaan; terlepas apakah rekan-rekan memang benar-benar tidak tahu atau memang sedang banyak pekerjaan atau tidak.

 

Sebenarnya begini, semisal rekan-rekan memang mau jadi malaikat bagi teman kerja si tukang transfer dengan memberikan bantuan, ya lakukan saja; tapi lakukanlah dengan ikhlas. Karena pekerjaan apa pun itu, jika dilakukan dengan tidak ikhlas, maka hasilnya tidak akan maksimal dan rasanya akan berat. Kalau memang tidak ikhlas atau keberatan, ya sampaikan saja. Yang penting jaga bahasanya agar tetap sopan.

 

Menghadapi teman kerja yang seperti ini memang butuh sedikit kecerdikan. Bantulah secukupnya, tapi jangan mau diminta mengerjakan pekerjaan orang lain kalau memang tidak mau. Utamakan pekerjaan kita sendiri terlebih dahulu, baru punya orang lain.

 

Salam #PeopleDevelopment!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Gramedia Academy

Promoting people development by conducting trainings and events based on books published by Gramedia Publishers

Telephone. (021) 53677834
WhatsApp. +6287793103435
Email. [email protected]