Rekan-rekan, pada dasarnya setiap pekerja akan mengalami berbagai dinamika di dalam prosesnya bekerja; naik-turun, pasang-surut akan selalu terjadi. Merasa bangga akan berhasilnya melakukan pekerjaan dengan baik di suatu waktu dan merasa cemas dan sedih karena membuat kesalahan di waktu lainnya; secepat itu perubahannya. Memang, merasa cemas saat melakukan kesalahan dan merasa bangga akan pencapaian itu biasa dan manusiawi; toh pencapaian perlu dirayakan dan kesalahan perlu dievaluasi.
Tapi pernahkah rekan-rekan merasa begitu cemas, bahkan sampai merasa sangat malu, saat membuat kesalahan, sampai rasanya banyak orang yang menertawai dan membicarakan rekan-rekan? Atau pernahkah rekan-rekan merasa bahwa presentasi yang dibawakan akan sangat luar biasa dan mengguncang seisi kantor karena persiapan dan materi presentasi yang sudah disiapkan secara matang dan sempurna, namun respons dari pesertanya malah cenderung datar? Kalau pernah, rekan-rekan mengalami fenomena yang bernama Spotlight Effect.
Seseorang yang mengalami fenomena Spotlight Effect akan merasa bahwa dirinya sedang disorot habis-habisan, diamati dengan teliti, dan menjadi pemeran utama, yang padahal sebenarnya tidak sebegitunya. Sebutan Spotlight Effect ini pertama muncul dalam Current Directions in Psychological Science tahun 1999 yang ditulis oleh Thomas Gilovich, bersama Victoria Husted Medvec, dan Kenneth Savitsky. Gilovich dkk. melakukan riset dengan meminta sekelompok mahasiswa memakai kaos bergambar Barry Manilow, Musisi yang tidak populer bagi kaum remaja pada saat itu. Hasilnya, mereka yang memakai kaos tersebut merasa menjadi pusat perhatian dan malu. Mereka merasa lebih dari 50 persen orang-orang di dalam ruangan tersebut memerhatikan kaos itu, Padahal ternyata hanya separuhnya saja.
Spotlight Effect rawan menyebabkan seseorang mengalami kecemasan sosial karena merasakan tekanan berlebih akan sesuatu yang bahkan tidak separah itu. Selain rentan mengakami kecemasan sosial, juga akan bisa menimbulkan rasa rendah diri.
Ada beberapa cara untuk mengurangi fenomena Spotlight Effect ini. Yang pertama adalah meyakinkan diri sendiri bahwa kita bukanlah pusat dari segala hal; kita bukan bintang utama dalam kehidupan ini. Bisa jadi, kita hanya karakter sampingan saja. Selain itu, rekan-rekan juga bisa mencari tahu melalui sudut pandang lain. Bertanya pada teman atau curhat bisa jadi salah satu cara. Yang ketiga, bersikaplah cuek, atau bodo amat, dengan keadaan sekitar. Toh, belum tentu juga orang lain sedang membahas apa yang kita lakukan.
Percayalah bahwa tidak semua orang peduli akan kesalahan atau prestasi yang kita buat. Kesannya menyedihkan, tapi kalau itu membuatmu cemas, bukannya malah lebih baik kalau tidak ada yang peduli? Salam #PeopleDevelopment!
Referensi:
Promoting people development by conducting trainings and events based on books published by Gramedia Publishers
Telephone. (021) 53677834
WhatsApp. +6287793103435
Email. [email protected]
Sumber pelatihan dari buku-buku yang diterbitkan oleh Penerbit Gramedia dan menghadirkan penulis-penulis buku tersebut sebagai tutor.
WhatsApp Me