Work From Office atau Work From Home

Banyak negara-negara di dunia yang menganggap pandemi Covid-19 sudah usai; sudah dianggap sebagai flu biasa, karena tingkat pencapaian vaksinasi yang tinggi. Dengan perbaikan kondisi dan fasilitas kesehatan, pola kebiasaan yang baru (new normal) pelan-pelan ada yang mulai ditinggalkan dan kembali ke kebiasaan lama. Salah satu yang mulai kembali adalah pola kerja dari kantor atau Work from Office (WFO). Tapi ternyata itu malah menjadi dilema karena nyatanya banyak orang yang sudah mulai nyaman dengan kebiasaan baru bekerja dari rumah atau dari mana saja (Work from Home/Work from Anywhere).

 

Baru-baru ini, Menteri Keuangan Republik Indonesia Ibu Sri Mulyani memberi pernyataan saat berkunjung ke Bloomberg di AS. Beliau bingung karena banyak anak-anak zaman now yang malas bekerja ke kantor dan hanya ingin di rumah saja (Tempo.co, 2022). Pernyataan ini tentu saja mendapat banyak tanggapan miring dari warganet, terutama dari Indonesia.

 

Kebetulan, momen pernyataan Ibu Sri Mulyani ini berdekatan dengan kemunculan petisi lewat Change.org yang meminta agar kebijakan WFH/WFA kembali dijalankan atau setidaknya dipertimbangkan. Petisi yang telah menyita perhatian dan ditandatangani oleh hampir 25.000 orang ini menyatakan bahwa pola WFO hanya membuat lelah karena jalanan jadi sangat padat dan macet, yang akhirnya menurunkan produktivitas karena para pekerja terlanjur kehabisan tenaga di jalan. Inisiator petisi itu menyatakan bahwa dia menempuh 40 km pulang-pergi dan menghabiskan waktu 1,5 hingga dua jam di jalan dengan mengendarai sepeda motor.

 

Contoh lainnya adalah rekan kerja penulis di Gramedia Academy: bekerja di Jakarta Pusat dan berdomisili di Bekasi Utara, dia harus menempuh 70 km pulang-pergi, atau sekitar 35 km. Dia berangkat pukul 05:30 dan sampai kurang lebih pukul 07:00. Dia berangkat lebih pagi demi menghindari kemacetan lalu lintas Jakarta. Saat jam pulang kantor pukul 16:00, dia kembali bergelut dengan Supra andalannya untuk kembali ke rumah dan menghabiskan 1,5 jam lagi. Total, dia habiskan waktu sekitar tiga jam untuk di jalan. Belum lagi biaya transport, pembelian bahan bakar, yang belum dihitung.

 

Tak adil kalau sampai ada yang berkata, “Lah, kenapa tinggalnya jauh dari kantor?” Perlu diingat, harga rumah atau kost di Jakarta sudah mahal, sehingga para angkatan kerja lebih memilih tinggal di pinggiran Jakarta atau tinggal bersama orang tua demi menghemat biaya. Tak adil pula jika ada yang berkata, “Kenapa nggak naik transportasi umum seperti Transjakarta atau Commuter Line?” Perlu diingat kalau akses transportasi umum belum sepenuhnya merata. Seperti rekan penulis tadi, ia butuh waktu 30 menit untuk menuju stasiun terdekat dan akses Transjakarta terdekat butuh 15 menit. Bisa jadi waktu tempuhnya pun akan jauh lebih lama dan melelahkan.

 

Dengan beragam contoh tak mengenakkan seperti itu, Wakil Ketua Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DKI Jakarta menyatakan kalau kebijakan WFH 100% sulit diterapkan kembali karena perekonomian sudah mulai bangkit. Tapi, dikutip dari Kompas.com, Wakil Ketua Perhimpunan Manajemen Sumberdaya Manusia (PMSM) Indonesia mengatakan bahwa beberapa sektor industri masih bisa menerapkan pola kerja WFH setelah pandemi dianggap usai. Tapi bagi beberapa industri, seperti jasa dan manufaktur, tidak bisa menerapkan itu.

 

Dengan situasi berbagai perusahaan di Indonesia yang mungkin agak keberatan menerapkan sistem full WFH, bagaimana baiknya?

 

Mungkin solusi yang paling tepat bagi situasi di Indonesia adalah pola kerja hibrida, WFO dan WFH, bisa diterapkan sebagai alternatifnya (Kompas.com, 2022). Dan sudah ada beberapa perkantoran di berbagai bidang yang mulai menerapkan pola ini. Bahkan ada beberapa kantor yang menerapkan full WFO, full WFH, atau hybrid by choice; pekerja bisa memilih sendiri senyaman mereka.

 

Apa pun hasil petisinya, apa pun keputusan tempat kerja rekan-rekan, jangan lupa cermati dengan bijak. Kalau memang tempat kerja saat ini menerapkan full WFO tapi rekan-rekan merasa lebih nyaman atau produktif bekerja di rumah, maka mencari tempat kerja baru yang menerapkan pola hibrida atau sistem by choice bisa jadi pilihan rekan-rekan. Sekarang, bahkan, mulai banyak lowongan pekerjaan yang full remote atau full WFH.

 

Kalau memang tempat kerja saat ini sudah menerapkan pola yang nyaman bagi rekan-rekan, jangan lupa akan tanggung jawabnya. Jangan cuma menikmati FH lalu mengabaikan W-nya; jaga agar tetap produktif biar atasan rekan-rekan tak menyesal mengizinkan pola full WFH atau hibrida.

 

Karena pada dasarnya, bekerja di mana saja itu sekarang bisa saja dan sudah jadi hal umum, yang penting bagaimana kita mendisiplinkan diri untuk tetap bekerja di mana pun lokasinya.

 

Salam #PeopleDevelopment!

 

Sumber:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Gramedia Academy

Promoting people development by conducting trainings and events based on books published by Gramedia Publishers

Telephone. (021) 53677834
WhatsApp. +6287793103435
Email. [email protected]